ldiikarawang.or.id- Hari Pers Nasional (HPN) 2024, yang bersamaan dengan periode Pemilu, diwarnai oleh potensi keberpihakan media yang dapat mempengaruhi transisi kepemimpinan nasional. Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menyoroti konglomerat pemilik media yang tidak hanya membentuk konglomerasi media tetapi juga terlibat sebagai elit partai serta mendukung calon presiden dan wakil presiden.
Chriswanto mengatakan bahwa tema HPN 2024, “Mengawal Transisi Kepemimpinan Nasional dan Menjaga Keutuhan Bangsa,” sesuai dengan momen Pemilu. Dia menekankan tanggung jawab pers dalam mengawal transisi kepemimpinan sebagai pilar demokrasi keempat. Meskipun idealisme pers dihadapkan pada tantangan, Chriswanto optimis bahwa pers dapat menjadi pengawas Pemilu lebih dapat diandalkan daripada publik.
Meskipun menyadari kecenderungan keberpihakan media, Chriswanto berharap pers tetap objektif dan memantau proses demokrasi, terutama dalam mendeteksi pelanggaran Pemilu. Dia menyoroti konflik kepentingan antara idealisme pers dan kepentingan pemilik media, tetapi optimis bahwa pers dapat tetap kritis terhadap semua pelanggaran, termasuk yang terjadi pada partai yang didukung dan tidak didukung.
Chriswanto mencatat bahwa keberpihakan pers dalam Pemilu adalah hal lumrah, selama itu sejalan dengan idealisme pers yang tercermin dalam kebijakan redaksionalnya. Dia memberikan contoh Amerika Serikat di mana persnya terbagi antara pendukung Republik dan Demokrat sesuai dengan ideologi partai.
Dalam konteks Pemilu 2024, Ketua DPP LDII Bidang Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM), Rulli Kuswahyudi, melihat Pemilu sebagai kesempatan bagi generasi muda untuk belajar politik, demokrasi, dan komunikasi. Dia mencatat bahwa generasi milenial dan Z memiliki peran besar dalam Pemilu 2024 dengan jumlah pemilih lebih dari 113 juta, setara dengan 56,45 persen dari total pemilih.
Rulli menekankan pentingnya belajar politik dan komunikasi agar generasi muda tidak mudah terpengaruh oleh manipulasi informasi, pemelintiran sejarah, propaganda hitam, dan hoaks. Dia mengingatkan bahwa di era post truth, kebenaran tidak hanya ditentukan oleh fakta tetapi juga oleh persepsi, yang dapat membahayakan demokrasi dan persatuan bangsa.
Dalam menyikapi Pemilu, Chriswanto dan Rulli berharap agar pers dapat menjalankan peran kritisnya dengan memantau pelanggaran Pemilu tanpa pandang bulu, menjaga integritas demokrasi, dan memastikan persatuan bangsa tetap utuh.